Sabtu, 25 Januari 2014

Satria FU bermesin FXR. Rupa Sama, Tenaga Beda!

 

Suzuki FXR 150

Suzuki FXR 150, akhir-akhir ini nama tersebut mulai banyak disinggung kembali diberbagai obrolan bikers tanah air. Bukan tanpa sebab tentunya, ditengah boomingnya line up motorsport 4 tak 150cc yang digelontorkan dua pabrikan besar yakni, Honda dan Yamaha saat ini, banyak kalangan penikmat roda dua yang berharap Suzuki pun tergugah hatinya untuk melahirkan kembali sosok motorsport sekelas FXR150 yang dahulu pernah jadi bintang dikelasnya. Ya, dengan kemasan orisinilnya seperti dulu pun, fitur dan spesifikasi kuda besi bertenaga 21dk ini tak kalah mentereng dengan motor generasi sekarang. Apalagi kalau di make over lagi sesuai jaman, diyakini akan sanggup bersaing dengan deretan motor sport 4 tak 150cc canggih yg menghiasi etalase motor sport masa kini. Sebut saja misalnya dengan Yamaha Byson, Yamaha Vixion Lightning, Honda CB150R Streetfire, bahkan dengan CBR 150 sekalipun.

Satria F150, Titisan FXR?
Anyway, saya tak akan membahas soal politik dagang sapi, eh dagang motor disini, hehe. It’s none of my business. Ini kan blog nya FU rider, jadi ya saya sadar diri cukup membicarakan soal FU saja, gak mau sok tau ngomongin motor lain. Tapi masih ada kaitannya dengan FXR, karena si belalang tempur FU 150 ini juga sering orang kaitkan sebagai adik seperguruannya FXR 150. Momen kelahiran Satria FU (Raider150) di tahun 2004 memang terjadi tak lama berselang setelah lengsernya sang kakak dari jagad roda dua. Saat itu FXR distop produksinya tahun 2003 oleh Suzuki tanpa ada alasan jelas.
Bermodal basis mesin yang mewarisi DNA mesin FXR, si hyperunderbone ini pun kemudian digadang-gadang sebagai titisan FXR. Ayam jago berjiwa laki. Mesin tegak 150cc 4 tak, Noken Kembar aka DOHC, 4 Valve (2 klep IN, 2 Klep Ex), 6 Speed/Percepatan, dan Oil Cooler (SACS/ Suzuki Advance Cooling System) adalah beberapa spesifikasi utama Satria F150 yang sangat kental terasa aura FXR-nya. Walau begitu, spesifikasi mesin FU yang sekilas mirip ini sebetulnya berbeda dengan sang kakak. Mesin dua saudara ini memang tampak serupa, tapi tak sama.
Salah satu indikasinya bisa terlihat pada perbedaan output power diantara keduanya. Mesin 150cc DOHC-nya FXR diklaim mampu memuntahkan tenaga 20 dk, sedangkan 150cc DOHCnya FU hanya sanggup menghasilkan power max 16dk saja. Dari sini pun rasanya kita sudah bisa menerka, bahwa ada yang lain disenyummu. #lho kok…? hehe..maksudnya lain di mesinnya, pemirsa. Kalo yg lain disenyummu sih lagu pelanginya jamrud :P
Lanjutt…
Melihat data spesifikasi dua saudara ini, perbandingan umumnya dapat saya tampilkan dalam tabel dibawah ini :
Spesifikasi FXR vs Satria FU
Hmmm, itu kan cuma gambaran umum aja mas. Kalau secara detail daleman mesinnya gimana ?
Nah, soal detail ini nih yang saya sulit menjawabnya :D maklum saya tak pernah punya fxr dan juga gak melek informasi soal daleman mesin legendaris ini. Namun kemudian, saat sedang penasaran dengan mesin fxr ini, saya lantas teringat pada seorang kawan FUers dari Semarang, lebih tepatnya kota pekalongan. Belum pernah bertemu muka, namun saya cukup lama mengenalnya melalui forum dan milis ssfc. Sebut saja kawan yang satu ini namanya Nio. Saya teringat pada bro Nio karena fuers yang satu ini menurut saya punya cukup pengalaman soal mesin FU dan FXR. Saya anggap begitu karena sudah sejak tahun 2008 dia menggunakan satria FU yang bermesin FXR.
Ah masa, FU pake mesin FXR?? Serius mas???
Ya serius lahh. No kidding, Absolutely 100% serious.
Jika pemirsa pernah dengar Jupiter MX yang meng-hybrid mesin Vixion, atau CS1 yang mengadopsi mesin CBR150, lalu kenapa enggak Satria FU juga mencangkok mesin FXR? :D
Satria FXR 150
Singkat cerita, terdorong rasa penasaran, saya pun mencoba mengorek beberapa informasi darinya seputar mesin FU dan FXR. Karena menurut saya menarik dan bisa bermanfaat untuk yang belum tahu, maka saya mencoba membagikan rangkuman interview saya.
Oke langsung saja, ini dia rangkuman perbincangan saya dengan si empunya motor mengenai mesin FUnya yang menggunakan mesin FXR.

THE BEGINNING
Mengidamkan satria FU sejak pertama kali melihat sosoknya di sebuah tabloid sekitar tahun 2003, Nio baru kesampean memiliki Satria FU idamannya ini dua tahun kemudian, Juli 2005. Awalnya ia sudah puas dengan performa bawaan Satria Fu, namun seperti lumrahnya anak-anak muda yg lain, seiring usia motor yang bertambah, ia pun sedikit demi sedikit mulai menjejalkan berbagai doping peningkat performa untuk FU kesayangannya.
Dimulai dengan 3 Pilar, pertama kali Nio memilih Karbu PE28, CDI BRT Hyperband, dan Knalpot AHRS sebagai fondasi awal proyek modifikasinya. Satu set body raider yoshimura pun turut ditebusnya sebagai pelengkap penampilan racing look si belalang tempur ini.

WRONG TURN TO DISASTER
Walau performa FU dengan 3 pilar sebetulnya sudah lebih dari cukup untuk keperluan street performance, namun Nio masih merasa ingin mendapatkan performa yang lebih greget lagi. He want more power.
Tapi ternyata, keinginan akan performa lebih greget ini justru kemudian membawa malapetaka buat FU nya. Dimulai saat ia tergoda mengotak-atik top timing noken as yang konon katanya bisa merubah karakter akselerasi motor menjadi lebih responsif. Naas, saat sedang ditest, satria FU nya justru jebol karena irama klep dan piston yang kurang seirama. Piston bolong, klep patah semua, head remuk, sampai gear balancer pun turut hancur.
Kepalang tanggung, mesin yang jebol itu pun perlahan ia bangun kembali tapi dengan spek non-standar. Mulai dari bore up kecil-kecilan dengan piston highspeed 64mm, sampai dijejali piston gambot 70mm. Di masa itu, -sekitar tahun 2007, spek FU bore up seperti ini sudah tergolong ‘wah’. Juga masih sangat jarang yang berani mengambil resiko memakai fu bore up untuk pemakaian harian.
Dengan spek bore up, FU Nio pun terbukti mumpuni saat dicoba mencicipi arena balapan liar yang kebetulan sedang ramai didaerah tempat tinggalnya saat itu.

FU-FXR UNITED
Pertengahan tahun 2008, setelah beberapa waktu menggunakan mesin fu bore up yang dilarang keluar kota oleh bengkelnya, nio merasa bosan dan ingin men-standarkan satria FU nya. Namun kemudian ia disarankan oleh bengkelnya untuk membeli mesin tambahan 1 gelondong sebagai cadangan, jadi kalau mau buat harian tinggal pake mesin yang satunya lagi.
Saat sedang berburu mesin baru itulah, alih-alih dapet mesin FU, Nio malah mendapat tawaran mesin FXR segelondongan dari seorang kawan di Jakarta. Dan jadilah, ditebus dengan 35 lembar duit seratus ribuan, mesin si ‘saudara tua’ fu ini didatangkan ke pekalongan.
Proses pencangkokan mesin FXR di FU ternyata tidak terlalu sulit. Mounting nya sudah pas di rangka FU. Hanya saja ada beberapa penyesuaian seperti di bagian engkol/selahan karena punya FXR lebih pendek dari FU. Lalu dudukan gear depan diganti dengan punya FU karena punya FXR ternyata lebih panjang. Lain dari itu sama jadi tinggal templok saja. Mesin sang kakak pun dengan sukses terpasang di rangka cilik sang adik tanpa ada hambatan berarti.

FU & FXR, SERUPA TAPI TAK SAMA
FU FXR150Walau tampak sama dari luar, sebetulnya ada banyak detail perbedaan diantara mesin FU dan FXR. Menurut nio, beberapa part memang bisa disubstitusi, seperti misalnya Klep, Shim Klep, Seher, Ring seher, Pen Seher, Stang Seher, Pen Stang seher, dan Laher Bambu. Tapi untuk beberapa part lain tidak bisa.
Apa saja yang sama, dan apa saja yang beda?
Ini dia beberapa gambarannya, saya urutkan dari area atas ke bawah.
  • Tutup head FXR beda dengan FU, karena FXR belum menerapkan standar emisi EURO2 seperti FU, Jadi gak ada sistem PAIR nya
  • Ukuran Klep sama dengan Satria FU, In 22, Ex 19. Demikian juga dengan perklep. Tapi sepertinya beda di kekuatan material bahan pembuatnya. Lebih kuat dan awet punya FXR
  • Untuk noken as, profil durasi dan lift kem FXR beda dengan FU, walau belum pernah diukur angka pastinya. Bisa saja disubstitusi dengan noken FU, tapi harus menyesuaikan baut gear timing noken as nya karena FXR lebih besar bautnya dari FU
  • Rante keteng FXR beda dengan FU, samanya dengan rante keteng Raider 125. Rante keteng FXR tiga lapis, kalo FU cuma 2 lapis, makanya mesin FXR dan Raider 125 tidak berisik seperti FU
  • Blok FXR juga beda dengan FU. Blok FXR masih pake sistem liner terpisah, belum pakai teknologi blok SCEM seperti FU. Blok FXR lebih mirip seperti blok nya Raider 125, tapi blok FXR ada ‘lubang senyum’ nya seperti blok FU, sedangkan blok raider 125 tidak ada lubang senyumnya
  • Karena blok nya beda, setelan tensioner atau tensioner adjuster juga beda dengan FU, tapi bisa diganti pake punya Raider 125
  • Kruk as FXR dengan FU beda di lubang bandulnya, lebih besar FXR. Balancernya juga lebih berat FXR
  • Lanjut ke gearbox (rasio), sebetulnya bisa saja dipasang punya FU, tapi hitungan rasio nya beda
  • Untuk bagian Kopling sama, magnet juga sama. Yang beda hanya spulnya aja, FXR 3 Fasa. Tapi pake spul FU tetep bisa, cuman harus dimodif lagi kalo mau fulwave
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MESIN FXR VS FU
Bicara soal plus minus, Nio bercerita bahwa pake mesin FXR di FU itu lebih banyak senangnya daripada susahnya. Kalaupun ada keluhan, itu karena lebih sulit dan lebih mahal mendapatkan suku cadang asli FXR apabila diperlukan pengantian part, jadi terpaksa dikanibal dengan part FU apabila ada part yg sudah aus.
Kalo plusnya, No 1 tentu saja adalah soal performa. Bisa kebayang lah, power mesin 20dk milik fxr yang ‘normalnya’ diperuntukkan untuk menggerakkan bobot 120kg, dipasang di FU yang hanya berbobot 95kg. Jelas ngacirrr…:D
Power lebih besar, sebaliknya beban yang dipikul malah lebih enteng. Terbang terbang deh tuh fu standar..hehe. Istilah kerennya power to weight ratio (PWR) jadi semakin tinggi.
Nio bercerita, bahkan dengan kondisi full standar pake CDI FU, mesin FXRnya sanggup berkitir sampai 12 ribuan, lebih tinggi dari limiter standar FU. Selain itu juga ada keunikan di mesin fxr, yaitu suara desus mesinnya yang khas yang tidak ditemukan di mesin fu.
Lalu selain soal performa, kelebihan dari mesin FXR juga ada di kekuatan materialnya. Mungkin karena part-part FXR tergolong part import semua, jepang punya coy. Misalnya saja rantai keteng (Drive Cam Chain). Rante keteng FXR lebih kuat, awet, dan tidak berisik seperti keteng Satria FU. Contoh lain adalah Per klep. Per klep FXR lebih keras sehingga lebih mumpuni untuk melayani kitiran RPM tinggi.
Karena itu,menurut Nio perawatan mesin FXR lebih enak, selama dipakai belum pernah ganti part bawaan fxr padahal udah dibawa touring kemana mana.
Mantap !!

Mesin udah FXR, Masih Diupgrade Juga!
Makin edan, cerita proyek modifikasi FU FXR ini ternyata tidak berhenti sampai disitu. Selama 3 tahun kebelakang, nio kenyang berkesperimen dengan mesin FXR nya. Dari mulai main pengapian, 3 CDI berbeda sudah ia coba kimpoi dengan fu-fxr nya, XP LE 4 Power, CDI Shogun Kebo, dan sekarang Rextor Programmable Limited Edition. Noken as standar FXR juga kini dilengserkan, diganti camshaft DBS 330″. Klep turut bengkak jadi 25/22. Koil disuplai YZ125. Gas buang disokong DBS thailand. Terakhir, piston dan kruk as tak ketinggalan dijamah pake jurus Bore up dan stroke up. Cadass !
FU Mesin FXR 220cc
FU mesin FXR 220cc
Inilah spek lengkap FU-FXR bro Nio saat ini (2013), Garapan dipercayakan ke bengkel DRX Speed Pekalongan dan Doni Tata Motor (DTM) Jogjakarta.
Suzuki Satria FU CBU 2005, Pekalongan
  • Mesin FXR150, Upgrade to 220cc
  • Piston 71 mm
  • Stroke 54,8 mm
  • Noken DBS 330 Derajat
  • Klep 25/22
  • Karbu PE 28 Reamer 31,5 mm tune up SE + jarum DBS
  • Koil YZ 125 4ss
  • CDI Rextor Programable Limited Edition RR
  • Busi Denso Iridium IU24
  • Knalpot DBS SS pipa cacing
  • Kampas Kopling Daytona
  • Per Kopling KRT
  • Per Klep FXR
  • HID Projector ballast 55 watt
  • Velg Takasago Excel Asia depan 1.20 dan belakang 1.40
  • Ban depan comet m1 60/80 dan belakang mizzle power tread 2.25
  • Swing Arm Delkevic
  • Shock belakang Kitaco
  • Master Rem Depan Kitaco
  • Underbone Yoshimura NUI racing project 2005
  • Handle rem dan kopling Yoshimura Raider
  • Stang raider 125 Thailand
  • Body Raider Yoshimura Thailand
  • Final Gear 14/40
Wuihhh…mantap kan spek FU bermesin FXR 220cc ini. Penampilannya yang rapi menutupi keangkeran ‘isi daleman’ yang bukan maen. Tapi jg jangan salah sangka pemirsa, Satria F ini bukan motor drag lho ya. Ini FU harian, seperti halnya FU harian dengan spek mesin yg cadas.
Baiklah pemirsa, saya rasa sudah cukup lengkap informasi FXR dan FU yang bisa saya sajikan di artikel ini. Mudah-mudahan kisah FU bro nio ini bisa jadi informasi bermanfaat untuk pembaca semua.

Salam FUers,
Suzuki Satria Fu Indonesia Club
Review Karburator Keihin PWK 28 SUDCO


Hmmm…mendengar nama SUDCO, anda tentu tak asing lagi. Sebagai rumah modifikasi ternama dari negeri Paman Sam sana, produk-produk yang berembel-embel SUDCO dibelakang namanya memang seakan jadi garansi jaminan mutu.
Tapi apa iya begitu? seperti apa sih seluk beluk PWK28 Sudco ini apabila diaplikasi untuk street performance bike seperti Satria FU? Sejauh mana perbedaanya dengan performa saudara kandungnya yakni, Keihin PE28?
Keihin PWK28 Sudco Si Kuda Jingkrak
Assalamualaikuum wr wb,
Hmmm…. Mulai darimana yak… bingung gimana mulainya. Intinya sih pengen me-review tentang salah satu karburator yang juga sohor di dunia upgrade performa motor seperti Satria FU 150, atau mungkin motor-motor lainnya baik itu 4 tak maupun 2 tak, yaitu karbu Keihin PWK28 SUDCO.
Mungkin sebelumnya sudah banyak orang tau kalau PWK28 adalah karburator keluaran pabrikan Keihin-Jepang. Tapi yang kita ingin review kali ini adalah karbu PWK28 yang sudah di tune-up oleh rumah produksi SUDCO di tanah kelahiran ane, amrik sana.. hehehe :p kidding, ane mah aseli orang Tangerang gan :D
Back to laptop, rumah produksi SUDCO telah men- tune up sebagian part di karbu PWK28 tersebut. Antara lain yg telah terkena ubahan SUDCO adalah: Jarum karbu (jet needle), needle jet, dan nozzle (needle jet holder), dan lainnya.
Berikut ini diagram Part Keihin PWK28 Sudco:
Diagram PWK28 Sudco
Karena motor ane satria FU 150, nah sekarang gimana siii rasanya kalo pake PWK28 SUDCO ini di motor Satria FU?
Hmmm… emangnya pengen tau bangeeet yak ? :D
Kalo dibandingkan dengan karbu standar vakum FU yaitu Mikuni BS26 ini sii rasanya sungguh t e r l a l u … :P secara BS26 dari ukuran venturinya saja udah berbeda, yaitu 26mm. Lebih kecil dibanding PWK28 yang punya venturi 28mm. 26 berbanding 28? Nggak deh…..
Dan karena ane juga ga punya dan blom pernah jajal PWK28 biasa, atau yang bawaan motor keluaran Kawasaki, mungkin ane bisa sedikit mencoba dengan membandingkan PWK28 SUDCO ini dengan karbu yang sebelumnya pernah ane pake di satria FU ane yaitu karbu sejuta umat Keihin PE28.
Ok, mari kita mulai.
JETTING
Waktu pertama kali beralih dari PE28 ke PWK28 SUDCO, jetting nya gampang, ga susah di blackpearl (nama panggilan motor ane :malu). Langsung ketemu di PJ/MJ 38/118, dan juga langsam eeuuy. Penting banget nii langsam buat ane, karena si blackpearl ane pake buat harian. Jadinya gak pegel nahan gas pas di lampu merah :D. Sama kayak PE28, jetting pertama kali patokan PJ/MJ di 40/120. Dari situ naik atau turun 1 step sampe nemu setingan nya. O iya, untuk PJ nya pwk bisa tuker tukeran sama spuyernya PE, tapi untuk MJ nya beda,,jadi harus beli lagi khusus bwt PWK.
Main Jet Pilot Jet Jarum JJH PWK 28 Sudco
PERFORMA
Soal performa ane tes pertama secara pelan-pelan aja, ngurut gitu. Maklum barang baru, blom tau juga karakternya gimana :p. Kaya punya motor baru, nge-gas nya ngurut dan gak langsung full throttle.
Pertama buka gas tarikan bawah terasa lumayan meningkat. Akselerasi sedikit lebih berasa. Power ada peningkatan. Lumayaaaan ada perbedaan sedikit.
Lanjut ke tengah. Power nya pun ngisi. Dari bawah ke tengah gak ada yang ngok atau brebet, semuanya ngisi terus. Tarikan juga lebih berasa.
Gimana dengan puteran atasnya? Nyok aah kita puter gas ampe lebih dalem lagi…
Eh ternyata dari tengah hingga gas poll pun power terus ngisi lho. Dan nafasnya malah lebih panjang di banding PE28 ane sebelumnya.
Ok, sekarang kita tes langsung bejek gas ampe pooll. Kalau tadi ane jajalinnya pelan-pelan, sekarang langsung maen bejek gas laah. Ternyata dari gigi 1 hingga 4 motor ane lompat-lompat. Napas juga panjaang. Jambakan nya berasa bangettt. Wheeeewww… ni karbu ternyata bikin ane nyengir juga yaaak…
Ok, soal performa ni karbu memang lebih baik dibanding PE… Mancabh laah !
KONSUMSI BAHAN BAKAR
Hmm… sekarang gimana dengan konsumsi bahan bakar? Lebih boros mana antara PE28 dengan PWK28 SUDCO?
Berdasarkan pengalaman make dua karbu ini di motor satria FU ane yg punya panggilan blackpearl :D, ane mau coba bagi 3 cara membandingkan konsumsi bahan bakarnya:
1. Harian (stop and go)
Dari rumah ane di Tangerang kekantor di daerah Panglima Polim Blok M, kurang lebih berjarak 70 KM pp. Terus terang ni karbu PWK28 SUDCO berasa lebih boros bila di bawa bermacet-macet ria. Ga banyak sii memang bedanya ama PE28, beda sedikit doang. Mungkin pulang pergi (pp) beda 2-3 ribu laah isi pertamax plus or super extra dibanding dengan PE28. Tapi kalo jalanan lancar jaya; karbu PWK28 SUDCO ini lebih irit gan di banding PE28. Yaah..bisa beda 2-3 rb lah buat pp dibanding kalo PE28.
2. Jogging :D
Naaah kalo buat jogging atau adu betot gas, memang lebih boros PWK28 SUDCO di banding PE28 kemana-mana… wkwkwkkk… tapi ini kebayar kok dengan power lebih yang di berikan oleh PWK28 SUDCO itu sendiri :P
3. Touring
Ini menarik. Karena kalo soal turing keluar daerah, PWK28 SUDCO justru lebih irit dibanding PE28. Pengalaman di motor ane si blackpearl saat keluar kota, contoh misal Jakarta-Bandung, si PWK ini lebih irit dibanding pake PE dulu. Kalo ane bandingin juga dengan temen ane yang masih pake PE28, saat motor temen udah kedip 1 atau tinggal 1 bar, FU ane masih di 2 bar. Waah lumayan kan klo perjalanan masih panjang mah, belum buat jalan baliknya lagi nanti. Hehehehe…
KESIMPULAN
Menurut ane karbu PWK28 SUDCO ini karakternya adalah mempunyai power dan akselerasi yang lebih baik dibandingkan dengan PE28. Napasnya pun panjang. Dia akan boros bila cara bawa kita adalah stop and go ataupun langsung gass pooll (full throttle). Tapi ini kebayar dengan power yang diberikan oleh si PWK ini. Lebih irit bila cara bawa nya di panteng atau jarang buka tutup gas dibanding PE. Keunggulan lain adalah jetting nya yang sangat mudah, sehingga gak perlu keluar banyak duit untuk membeli PJ/MJ sekedar untuk mencari setingan yang pas. PWK28 SUDCO ane juga langsam, dan ini sangat penting bila kita memgunakannya untuk harian. Hehehe…
Berikut beberapa foto yang ane futu dari karbu PWK28 SUDCO ane yg udeh buluk ini :P

Daleman PWK28 Sudco
Nosel Skep Jarum JJH PWK28 Sudco
SUDCO PWK28
Nah pemirsa, itulah tadi review PWK28 Sudco di Satria FU. Mungkin perlu saya tambahkan juga, bahwa dipasaran tanah air dikenal ada 3 Jenis karbu PWK28, yaitu PWK28 KX, PWK28 Jepang, dan PWK28 Sudco.
PWK28 Sudco ini memang bukan barang murah, harga barunya saat ini dibandrol diatas 1,7 juta. Sedangkan PWK28 KX dan PWK28 Jepang memang lebih murah dari versi Sudco nya, namun tetap berada diatas 1 Juta untuk harga barunya. Bagaimana membedakan 3 jenis PWK28 ini ?

Keihin PWK28 KX, Jepang, dan Sudco | Apa Bedanya Sih?

Cukup banyak respon positif terutama dari para FU riders yang rupanya jadi ikut kesengsem sama pwk28 gara-gara baca review tersebut, hehehe..emang enaakk keracunan karbu? :P
Buat yang menyebut ini racun, tolong diralat ya mas….ini bukan racun lhoo, ini namanya jamu obat kuat alias doping. Hahaha…apa bedanyaa ya…. ^_^
Pemirsa, setiap kali ngobrol atau sharing bareng dengan sesama FUers yang sedang mengidamkan peningkatan performa signifikan di Satria FU-nya, saya memang hampir selalu merekomendasikan penggantian karbu standar menjadi karbu skep sebagai prioritas pertama. Nah, bicara pilihan karbu skep untuk Satria FU, karbu ber-venturi 28 menjadi karbu yang paling laris diadopsi para FUers. Dua nama populer pun mencuat; Keihin PE28 dan PWK28. Karena harganya yang relatif murah, mayoritas pemburu karbu kemudian banyak yang menjatuhkan pilihan pada PE28, saking ngetrendnya sampai sampai karbu ini disebut Karbu Sejuta Umat. weww,,, Da’i kaleee sejuta umat :D

Namun sekarang-sekarang ini, ditengah semakin ‘pasaran’nya PE28 diikuti meledaknya peredaran berbagai versi PE28 kw yang makin sulit dibedakan dengan aslinya, membuat banyak pemburu karbu mulai ragu memilih PE28. Akhirnya sebagian dari mereka mempertimbangkan untuk lari dari ‘mainstream’ lalu melirik opsi lain selain PE. Salah satunya dari opsi alternatif ini ya Keihin PWK28. Karena walaupun lebih mahal, namun kualitas karbu yang sering disebut karbu kuda jingkrak ini punya reputasi bagus keasliannya, mudah disetting, dan performanya dikenal lebih ajib dibanding saudara kandungnya; PE28.
Bagi peminatnya yang sedang kasak-kusuk cari info karbu pwk ini, salah satu informasi yang sering ditanyakan adalah tentang perbedaan beberapa jenis pwk28 yang beredar dipasaran. Ya, dikita memang dikenal ada 3 sebutan untuk jenis Keihin pwk28; yaitu PWK28 KX, PWK28 Jepang, dan PWK28 Sudco. Padahal tak perlu bingung dengan perbedaan sebutan ini, karena semuanya juga sebetulnya adalah produksi Keihin Jepang. Oke, semuanya jepun punya. Tapi kenapa kok harganya beda beda, apakah ada perbedaan karakter diantara ketiga sebutan ini?
Atas dasar itulah, untuk anda yang sedang memburu PWK28, berikut ini saya coba merangkum beberapa informasi tentang ketiga jenis karbu pwk28 yang mudah-mudahan bisa membantu menjawab pertanyaan tersebut diatas. Check it out :

1. PWK28 KX
Setelan Langsam PWK KX di kiriKadang disebut juga pwk copotan kx, karena sejatinya memang Keihin PWK28 ini adalah karbu original motorcross Kawasaki , KX 85cc dan KX100cc, part original ini resminya didistribusikan Kawasaki dengan kemasan Kawasaki Genuine Parts. Ya kurang lebih sama lah seperti halnya produk Keihin PE28 berkardus Honda yang didistribusikan sebagai Genuine Parts nya motor Honda NSR SP. Seorang kawan saya kebetulan ada yang memakai karbu kx ini di FUnya. Diperhatikan fisiknya dari luar, terlihat posisi baut setelan langsam (idle adjuster) dan setelan angin (air screw) dua duanya berada di sebelah kiri (dilihat dari arah moncong karbu). Jarum skep originalnya berkode NAPE.
PWK copotan kawasaki KX
Dulu sempat coba jajalin bawa FU kawan yang pakai karbu KX ini, saat dicoba buka gas mendadak di rpm rendah pun jambakannya galak banget. Mungkin karena memang karbu ini didesain untuk kebutuhan motor trail yang butuh akselerasi spontan untuk menggilas track motorcross. Soal jetting, saya tidak bisa berkomentar banyak. Sekilas tanya-tanya sih sama yang punya motor katanya memang putaran bawahnya agak brebet kalau dibawa pelan atau kecepatan sedang. Tapi bisa jadi karena belum ketemu setingan yang pas saja.
PWK28 KX Genuine Parts
2. PWK28 Jepang
Sebutan ini dimaksudkan untuk karbu pwk28 yang dijual bebas langsung oleh Keihin dengan kemasan (label packaging) Keihin. Kalo saya tidak salah tafsir, istilahnya adalah produk OEM (Original Equipment Manufacturer). Secara fisik, dibandingkan dengan versi kx memang ada perbedaan yang bisa mudah terlihat, yaitu posisi “default” baut setelan langsam (idle adjuster) yang berseberangan dengan letak setelan angin (air screw). Di pwk28 ini, setelan langsam ada di kanan (seperti PE) sedangkan setelan angin ada disebelah kiri (dilihat dari arah moncong karbu). Kenapa saya bilang “default” karena sepertinya memang dari pabriknya disiapkan dua jalur alternative untuk dudukan baut langsam, tapi nampaknya perlu dibbuka dulu lubang jalur disebelahnya kalau si pemakai mau mindahin posisi setelan langsam. Selain itu, ciri pwk ini jarum skep bawaannya berkode JJH.
PWK 28 Jepang Box Keihin
Saya dulu pernah punya karbu pwk jepang ini, waktu itu saya beli seken, nomer seri produksi dibadan karbu tertera 29SAOUGS. Saat memakainya di satria FU saya, Karakternya sendiri menurut saya sama saja dengan pwk copotan kx, tidak ada perbedaan yang signifikan. Hanya memang terasa sedikit lebih smooth untuk keperluan harian, jalan pelan, kecepatan sedang atau macet-macetan. Mungkin karena adanya perbedaan di profil jarum skep JJH dengan NAPE. Awalnya agak brebet di bawah, tapi setelah dicoba jetting sendiri bisa hilang brebetnya dan langsam. Kebetulan saya juga punya PE28 saat itu, dan saya akui akselerasi pwk28 ini memang jauh lebih ‘Jingkrak” dari PE28, walau putaran atasnya kalau menurut penilaian saya bisa dikatakan seimbang lah dengan PE28.
PWK28 Jepang
3. PWK28 SUDCO
Singkatnya saja, PWK ini sebetulnya adalah produksi Keihin Jepang juga, namun sebelum dilepas ke pasaran, terlebih dahulu di tuning ulang oleh rumah modifikasi SUDCO USA. Tujuannya tentu saja untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan performa karbu pwk28 ini. Entah apa saja yang dipoles ulang oleh para tuner sudco dijeroan karbu ini, mungkin kepresisian jalur-jalur (sirkuit) didalamnya, nosel, head nosel, dsb. Untuk jarum skep kode nya masih sama JJH. Yang jelas, ketika dirasakan langsung di motor, performanya memang berbeda dengan pwk28 non sudco. Kebetulan saya dulu pernah pinjam pwk28 sudco milik teman selama seminggu dipasang motor saya. Hmmm..atas bawah rasanya memang lebih legitt pemirsa :D
Kalo dilihat secara Fisik dari luar, penampakan pwk28 versi sudco sebetulnya sama dengan pwk jepang. Posisi default setelan langsam dan air screw juga berseberangan. Sebagai pembeda hanya terlihat tambahan stiker sudco yang menempel di mangkok karbu dan label besar sudco di box kardus Keihinnya.
Keihin PWK28 Sudco Si Kuda Jingkrak
Nah pemirsa, itulah tadi sekilas gambaran ciri-ciri dan perbedaan PWK KX, Jepang, dan Sudco sejauh yang saya ketahui. Jika memang ada kesalahan dalam informasinya silahkan dikoreksi, maklum saya jarang beli karbu jadi gak terlalu update juga informasinya.
Namun sekali lagi perlu digaris bawahi bahwa ketiganya adalah asli buatan Keihin Jepang. Jadi tak usah ragu dengan performa ketiganya. Persoalan mana yang akan anda pilih, saya kira silahkan sesuaikan saja dengan budget anda. PWK28 KX harga barunya dikisaran 1,2 – 1,3 juta. PWK28 Jepang sekitar 1,4-1,5jt. Barang sekennya biasanya dilepas antara 800 – 1,1 juta. Yang paling mahal ya PWK Sudco, dibandrol sekitar 1,7 – 2 juta barunya. Harga sekennya pun tinggi, jarang ada penjual yang mau melepas dibawah 1,2 juta. Beberapa peminat ada juga yang memilih PWK KX supaya lebih murah lalu mengganti jeroan nya dengan performance Kit SUDCO yang bisa dibeli terpisah untuk mengupgrade performanya. Ada pula bengkel Racing yang memproduksi Karburator Keihin PWK 28 contohnya seperti PWK 28 KTC, PWK 28 Kawahara, PWK 28 KOSSO, PWK 28 SunWorld, dsb.

Masing2 produk memiliki keunggulan. Contohnya, PWK 28 KTC memiliki warna karburator hitam dan memiliki bonus Jarum skep 3 Code yaitu, JJH, JJK, JHN dan mendapatkan 2 buah MJ, 2 buah PJ agar memudahkan dalam menyeting karbu ini. Produksi KTC ini mengadopsi dari SUDCO. Jika PWK 28 Kawahara memiliki bonus banyak mendapatkan 3 buah Pilot Jet, 3 buah MJ, 3 buah Power Jet agar memudahkan dalam riset menyetting. Jika PWK 28 KOSSO memiliki warna "Full Chrome" dan dilengkapi dengan 10 buah Jarum Skep, 10 buah PJ, 10 buah MJ agar lebih mudah mencari settingan motor. Jika PWK 28 SunWorld memiliki warna karburator hitam saja dan tidak memiliki bonus apapun.
Semua Produk Racing tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing2 yang pasti masalah harga lebih terjamin yang pasti di bawah 1jt. lebih pastinya harganya kisaran 500-800rb. Namun soal performa tidak kalah legitt dengan PWK 28 Sudco, PWK 28 Japan, PWK 28 KX pemirsa :D

Walau gambaran yang saya berikan mungkin hanya sedikit dan dangkal informasinya, tapi mudah-mudahan setidaknya dapat bermanfaat untuk pemirsa yang sedang giat berburu karbu si kuda jingkrak ini.

Modifikasi Karbu PE28 dengan Power Jet dan Two Vent. Bikin Performa Lebih Maknyoss!!!

 

Selain Knalpot dan CDI Unlimiter, KARBURATOR adalah salah satu dari 3 pilar utama pendongkrak performa Satria FU. Nah, artikel kali ini membahas tentang salah satu modifikasi pada Karbu ‘sejuta umat’ yg paling sering diaplikasi di Satria FU: Keihin PE28. 

Memaksimalkan karburator dengan cara sedikit memodifikasi karburator guna mendapatkan hasil yang maksimal sudah bukan hal yang aneh untuk jaman sekarang ini. Dari sekedar mengganti nozzle sampai yang agak extreme dengan cara mereamer pun dilakoni oleh para speed lovers.
Nah untuk itu saya akan membagi cerita untuk temen2 speed lovers beberapa cara memaksimalkan karburator (Khususnya Keihin PE28)

• POWER JET ADJUSTABLE Power Jet bekerja pada putaran tinggi seiring bukaan botol skep. Ketika skep terangkat, bahan bakar akan terisap kevakuman moncong karbu, kalau di putaran bawah, power jet belum berfungsi. Tugas power jet adalah membantu suplai bahan bakar saat RPM tinggi.
Sebenarnya teknik membuat power jet sudah pernah di ulas sebelumnya oleh tabloid otomotif, Buat yang sayang banget sama karbu ini ada sedikit tips pengembangan membuat power jet tanpa perlu merusak karbu. Cekibrot….
1. Siapkan Velocity stack untuk karbu 28 (ditoko variasi banyak) ato mo bikin ditukang bubut jg boleh.

2. Selang karbu secukupnya ukuran jangan terlalu besar (pakai aja selang sisa yang nempel di karbu).
3. Pilot jet ukuran bebas, tapi klo bisa jangan terlalu besar soalnya klo terlalu besar akan mengurangi fungsi kerjanya. Saya menggunakan pilot jet 38 milik karbu Mikuni FU karena pilot jet Mikuni memiliki drat dibawah & memiliki diameter lebih kecil dibandingkan pilot jet karbu keluaran Keihin

4. Lubangi velocity stack dibagian atas belakang dengan mata bor ± 3mm & di senai (tap drat), lalu pasang pilot jet tadi pada lubang yang sudah ada dratnya di velocity stack. Pasang velocity stack pada karbu dan hubungkan salah satu ujung selang ke pilot jet dan yang ujung satu lagi dihubungkan ke pipa pembungan bensin yang berada di bawah mangkok karbu. Langkah terakhir buka sekrup pembuangan sampai bensin keluar (buka secukupnya & jgn sampai lepas).
This is it, PE 28 with Power Jet Adjustable :D

• TWO VENT (DUA VENTILASI KARBU) Pada dasarnya tiap karbu sudah memiliki ventilasi udara, namun karburator PE28 Thai ori maupun non ori memiliki satu buah vent beda dengan PE japan & SUDCO yang sudah mempunyai dua buah vent.
Sebelum jauh kita harus mengetahui dulu Fungsi Vent (lubang udara) pada karbu, nah menurut rumah produksi SUDCO Vent berfungsi sebagai “Eliminates post jump bogging from fuel plugged vent passages”. Ya intinya sih mengurangi tenaga drop saat skep terangkat & udara melewati venturi karbu.
Cara ini tidak dianjurkan bagi yang sayang banget karbu, karna tergolong extreem.

Berikut ini tips pembuatannya:
1. Siapkan pipa kecil berdiameter ±4mm dengan panjang ±10mm (bisa pake pipa kecil yang berada di intake motor yang sudah tidak terpakai).

2. Buat jalur vet baru dengan cara melubangi bagian atas vent karbu dengan mata bor ±4mm.

3. Pasang pipa kecil tadi pada lubang yang sudah dibuat dengan cara dipress (lem bagian pinggir pipa agar lebih kuat) & pasang selang agar tidak mudah kemasukan air dari atas saat hujan.

Dan inilah hasil akhir Karbu PE28 dengan Power Jet dan Two Vent
Bagaimana pemirsa, tertarik menerapkan tips ini di Karburator PE28 anda?
Bukan hanya PE28 nya jadi lebih keren setelah ditambahkan power jet dan two vent, performa karbu pun menjadi lebih baik terutama di putaran atas.


 Fungsi Power Jet Pada Karburator

Ternyata masih banyak juga pembaca yang nanya, Emang power jet itu apa sih? ngaruhnya apa?
Oke, buat buat yang belum tahu, mungkin bisa tergambar dari diagram berikut ini:
Apa itu Power Jet
CARA KERJA POWER JET
  • Power jet adalah circuit/jalur tambahan pensuplai bensin, diluar dari Main Circuit dan Pilot Circuit.
  • Jalur power jet ngambil bensin dari mangkok karbu, disalurkan langsung ke moncong karbu
  • Power jet butuh kevakuman maksimal di venturi baru bisa aktif
  • Saat full throtle (skep terangkat penuh) tekanan udara yang sangat rendah tercipta di lorong venturi. Memungkinkan bensin dari mangkok yang bertekanan normal ikut ‘naik’ melalui jalur power jet. Jadi waktu gaspoll, suplai bensin bukan hanya dari main jet dan pilot jet, tapi juga ditambah dari Power jet.
  • Kalo gas gak dibuka full, ya bensin dari power jet gak akan keluar.karena kevakuman venturi kurang maksimal bwt narik bensin via power jet
KEUNTUNGAN PASANG POWER JET
  • Dengan tambahan power jet, gejala ‘kekeringan’ di rpm atas (mis. saat top speed) bisa diatasi tanpa perlu Mainjet gede-gede. Resiko mesin jebol karena kekeringan di rpm tinggi juga berkurang
  • Karena sehari hari kita lbh sering pake motor posisi gas setengah (gak full), bensin bisa lebih irit karena MJ bisa dikecilin tanpa takut kekeringan. Respon gas diputeran tengah jg bisa lebih baik
KEKURANGAN PASANG POWER JET
  • Perlu jetting ulang lagi, buat cari setingan MJ yang pas dgn power jet
Semoga Bermanfaat FUers,
Suzuki Satria Fu Indonesia Club

 

Upgrade Performa Satria FU. Karburator dulu atau CDI dulu?

 

Teringat pada masa masa awal saya memiliki Satria F150, saat itu terbersit keinginan di benak saya untuk mengupgrade performa satria fu kesayangan ini. Apa daya, ditengah program 'pengencangan ikat pinggang' yang sedang digalakkan saat itu - karena gaji pas pasan saya sebagai karyawan baru masih harus dipotong lagi angsuran motor- membuat budget upgrade saya menjadi sangat terbatas. Dari berbagai saran dan informasi yang saya terima, pilihan upgrade performa kemudian mengerucut kepada 2 part plug n play yaitu CDI Racing dan Karburator PE28. Karbu atau CDI duluan
Apa mau dikata, walau pilihan tinggal 2 opsi saja, saya kok tetap bingung menentukan pilihan, apakah membeli CDI dulu baru kemudian nanti kalo sudah ada duit lagi beli karburator, atau sebaliknya, beli karbu dulu baru nanti mikirin CDI.
Saya juga menyimak ternyata bukan hanya saya saja yang dibikin bimbang sama dua pilihan ini. Cukup banyak teman-teman FUers lain yang juga harus memilih diantara dua part ini karena alasan keterbatasan dana. Pertanyaan yang sering ditemui misalnya seperti ini:

Kalo budgetnya cuma ada kisaran kisaran 500rb saja, tapi ingin memperoleh peningkatan performa FU yang lebih memuaskan dari kondisi standar pabrik : 1. Mana yang lebih baik diupgrade duluan, beli PE-28 atau CDI Unlimiter dulu? 2. Alasannya kenapa?

Dari berbagai reply di forum, ternyata memang beragam responnya, ada yg vote untuk karbu dulu, banyak jg yg vote untuk cdi dulu. Sedangkan kalau dari review saya sendiri, kesimpulan yang saya ambil adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengalaman pribadi maupun teman2 yang saya kenal langsung, terutama di klub satria yang saya ikuti (ssfc), penggantian karbu PE28 terasa mampu mendongkrak performa FU standar secara lebih signifikan dibandingkan hanya CDI unlimiter.
2. Tapi Kenapa…?

Dari logika pemahaman saya yang dangkal; sepertinya ini terkait dgn apa yg para tuner bilang sebagai ‘efisiensi volumetrik’ Seberapa besar pasokan mixture (bensin+udara) yang bisa dilesakkan ke ruang bakar. Karena mixture inilah modal utama pembakaran yang akan menentukan tenaga motor.
Venturi karbu yg lebih besar (28>26) => mampu mensuplai pasokan bbm ke ruang bakar lebih banyak => potensi ledakan di ruang bakar jadi lebih besar=> ledakan lebih besar akan mendorong kruk as untuk berputar lebih kuat dan lebih cepat=> power dan torsi pun meningkat=> motor pun menjadi lebih bertenaga merespon pelintiran grip gas.
Ya, setidaknya alur sederhana itulah mungkin keuntungan yang diperoleh dari penggantian karbu standar Fu ke karburator keihin PE28.

Terus bagaimana dengan cdi unlimiter?
Menurut hemat saya, limiter cdi standar FU sudah di set cukup tinggi kok dari pabrikan suzuki nya (kalo tidak salah +- 11.500rpm). Itung itungan dagang, bisa dibilang FU dgn karbu standar + CDI Racing hanya menyisakan sekitar 3000rpm saja ( dari 11rb s.d 14rb) untuk menarik manfaat maksimal dari pembelian cdi racing/unlimit tersebut. Sementara FU cdi standar + PE28 mampu memberikan manfaat keunggulan di rentang rpm yang lebih lebar (dari Nol rpm sampai – 11rb rpm udah kerja tuh karburator). Prinsip ‘tak mau rugi’ di kepala saya saat itu mengatakan, “Kalo duit yang dikeluarkan kurang lebih sama, bukankah pembelian karbu ini lebih menguntungkan saya?”

Patut pula dipertimbangkan: 1. Daya Maksimum FU standar berada di kisaran 9500rpm. Torsi Maksimum di kisaran 8500rpm. Silahkan baca brosur atau panduan spek FU kalo tidak percaya. Jadi, kalo rentang optimalnya ada di bawah 10rb RPM, maka menarik manfaat CDI unlimiter dgn memainkan shifting/pindah gigi FU di rpm >11rb bisa jadi malah kurang efektif. Karena dengan cdi standar pun, pergantian gigi di rentang rpm 9500 pun sudah ideal dan aman.
2. CDI unlimit/racing baru terasa bermanfaat ketika transmisi sudah tdk bisa lagi dimainkan (misalnya udah nyampe gigi 6 tp trek masih tersisa panjang), cdi standar kan gak bisa dipanteng terus karena mentok limit. Nahh disinilah cdi resing sangat terasa manfaatnya, karena bisa terus panteng grip gas sampe mentok 13rb rpm sekalipun. Tapi itupun biasanya angka kecepatan udah berat naik lagi karena kemampuan kitiran mesin standar bisa dibilang sudah mencapai batasnya.
Hanya saja pada prakteknya, memangnya seberapa sering sih kita bisa nemuin trek kosong panjang yang memungkinkan kita anteng menggeber FU sampai 13rb rpm ?? bahkan di trek luar kota sekalipun rasanya sulit. Ada angkot brenti lah, orang nyebrang lah, kucing lewat lah, lobang lah..macem macem gangguan yang tidak memungkinkan kita geber rpm fu setinggi itu.
Ada juga yang bilang begini: FU + PE28 cuman unggul di putaran bawah doang (trek pendek), tapi pasti kalah di putaran atas/trek panjang oleh FU yang udah ganti CDI racing karbu standar.
Hmmm..masa sih. Hasil test iseng-iseng yang dulu sering saya lakuin bareng temen-temen fu; di lintasan lurus sekitar 800 meter, FU + PE28 + CDI standar selalu ngacir duluan tak tersusul dibanding FU + karbu standar + CDI Racing. Buat saya sih 800meter itu udah masuk trek panjang lho. Rentang RPM 10-12rb juga bisa dibilang puteran atas tuh. Berarti gak tepat juga kalo dibilang PE28 pasti kalah sama CDI ditrek panjang /puteran atas. Malah karbu skep terasa makin maknyos jenggutannya di rentang rpm tinggi ini. Ya entahlah kalo treknya berkilo kilo meter…siapa juga yang mau cari resiko geber motor RPM >11rb selama 2km tanpa turun gas..hehe.

Atas dasar pengalaman itulah, saya akhirnya mengambil kesimpulan pribadi bahwa; bicara upgrade performa, kalau cuma punya duit 600rb an, lebih efektif beli PE28 dulu saja daripada CDI unlimiter/racing. Pilihan ini jg yang dulu akhirnya saya ambil saat harus memilih salah satu diantara keduanya.
Dengan pergantian karbu, Power dan torsi lebih terasa meningkat di rentang RPM yang lebih lebar. Kalau soal boros atau irit bensin, menurut saya yg paling menentukan adalah riding style nya, bukan karbunya. Testimoni teman2 di ssfc; konsumsi PE28 dalam pemakaian normal masih termasuk irit. berkisar 1:30 – 1:35 ltr/km. Seboros-borosnya 1:28.

Penggantian karbu juga tdk hanya terasa enaknya di trek lurus saja, tp juga membantu menjaga power dan akselerasi saat harus buka tutup gas / stop and go, atau pun ketika perlu menggantung gas di tikungan, lebih mudah berakselerasi lagi.
Tentu pilihan terbaik adalah keduanya sekaligus, Hampir dua tahun lamanya selama FU saya masih berstatus ‘kredit’ alias belum lunas, spek yang paling awet dan setia nemplok di FU saya ya spek karbu PE28 open filter + CDI racing + knalpot silencer standar pipa pitsbike. Spek kayak gitu jg jadi spek fu standar paling laris dikalangan teman-teman ssfc saat itu. Sering dicoba tes jalan dengan fu yang berknalpot resing/freeflow, kurang lebih seimbang.
So, buat saya urutannya adalah sbb: Pertama: Karbu Skep (yg paling laris biasanya PE28 & PWK28)
Kedua: CDI Unlimiter
Terakhir baru knalpot (atau Pipanya saja cukup untuk sementara, jd silencer tetep standar, adem)

Efek peningkatan performanya akan terasa sesuai urutannya, penggantian karbu terasa signifikan, ganti cdi lumayan berasa, ganti pipa mulai terasa biasa2 saja.
Untuk menekan budget; mulailah berburu karbu dan knalpot yang seken tp masih bagus, kecuali untuk cdi; diusahakan beli baru. Mengingat cdi seken sulit diketahui kondisi kelayakannya.

Salam FUers,
Suzuki Satria Fu Indonesia Club

 

 

 

3 Pilar Utama Pendongkrak Performa Satria FU Standar (Ini dulu, Baru yang lain)

 

Sudah jadi rahasia umum bahwa rata rata pemakai satria FU adalah para penyuka performa, doyan yang kenceng kenceng, hehe. Tenaga bawaan satria FU yang diklaim mencapai 16dk memang cukup memanjakan para penyemplaknya. 150cc DOHC 4 Valve 6 Speed. Hmm... maknyoss pemirsa:) Ditambah lagi bobotnya juga ringan (hanya 95kg), membuat akselerasinya semakin mudah melesat. Istilah kerennya; power to weight ratio nya (PWR) tinggi. Tenaga besar, beban yang harus ditarik enteng. Ya ngacir dehh. :D

Toh, dengan segala keunggulan mesinnya itu, masih banyak FU rider yang merasa kurang puas dengan performa tunggangannya. Gak percaya? Lihat saja berbagai bahasan atau obrolan di berbagai forum SSFC (Suzuki Satria F Club), apa yang paling sering dan paling ramai ditanyakan atau didiskusikan? Pasti soal mesin dan segala modifikasinya. Termasuk saya juga begitu dulu (duluuuuu banget waktu masih muda, hehe). Maklum pemirsa, namanya manusia, apalagi anak muda, gampang merasa bosan dan tidak puas, apalagi kalo anda tipe rider berjiwa sembalap, alias racer wanna be, yg suka galau kalo diasepin motor lain dijalan. Pasti gampang penasaran dan timbul hasrat untuk mengupgrade performa FU kesayangan anda. Ayoo ngaku.. hehe

Melihat kebutuhan ‘pasar’ ini, Tak aneh kalau kemudian berbagai doping peningkat performa FU timbul menjamur dan menjadi komoditi ‘hot’ yang laris manis diserbu para rider FU. Celakanya, bagi rider FU pemula yg awam mesin – seperti saya saat pertama kali punya FU – keberadaan part part ‘resing’ ini kadang malah membuat kita bingung menentukan doping apa yang paling tepat untuk mewujudkan keinginan kita itu, saking begitu banyaknya tawaran di pasaran.

Semua seller pastilah mengklaim dagangannya paling ampuh mendongkrak performa. Apalagi biasanya dengan embel embel ‘racing’ di belakang namanya..seperti cdi resing, kem resing, koil resing, per klep resing, per kopling resing, dsb… hmmm siapa yg tidak tergiur coba. Kalo bisa mungkin semua part dikasih nama racing belakang namanya biar makin menjual :D Bisa jadi nanti namanya jd air filter racing, kanvas kopling racing, chop busi racing, tromol racing, gas spontan racing, intake racing, all about racing deh pokoknya hehehe. Belum lagi inovasi dan aksesoris racing seperti misalnya peningkat oktan , pemusat arus koil, selang pernafasan, partikel pelapis silinder, rantai dan gir tipis, vek jari jari, arm almunium, stabilizer, dan lain sebagainya. Semuanya berupaya memenuhi hasrat rider yang ingin meningkatkan performa FU nya, entah itu dalam bentuk tarikan lebih enteng, akselerasi lebih cepat, atau top speed lebih yahud.
Saya mengalami sendiri disaat dulu FU saya masih standar ting-ting. Suatu waktu, bermula dari pengalaman pahit tak mampu mengejar Yamaha scorpio saat sedang pulang kerja, muncul keinginan untuk membeli doping tambahan buat FU saya. Dengan dana < 500ribu ditangan, saya bingung mau beli apa dulu. Salah salah memilih, yang ada malah dompet terkuras tapi hasil peningkatan performa yang diperoleh tidak sesuai janji janji yang diharapkan.

Ambil satu contoh saja misalnya koil racing deh. Untuk satu part ini saja dipasaran tersedia cukup banyak alternative koil yang sering diburu para FUers. Dari mulai koil orisinal bawaan motor lain seperti misalnya koil RR, Scorpio, RM80, atau YZ125. Atau koil racing bermerk seperti blue thunder, TDR, Andrion XP, Protec, Daytona, Nology, dan masih banyak lagi. Harga koilnya jg macem macem, ada yg 80rb, 100rb, 150rb, 350rb, 500rb sampe yg lebih mahal dari itu jg ada. Untuk satu part kecil ini saja saya sudah dibikin puyeng memilih. Akhirnya saya beranikan pilih salah satu yg harganya menengah, 150rb. Setelah dipasang, kok kayak gak ada perubahan berarti ya? Kalopun ada, yaa ‘beti’ lah, alias beda beda tipissss sama rasa koil standar, entengan dikit gimanaaa gitu. Hehe. Akhirnya gak puas trus sibuk lagi coba-coba koil merk lain. Hadeuhhh… melayang sia sia deh tuh 150rb. Demikian juga ketika saya penasaran ingin coba busi ‘racing’. Konon katanya mampu membuat pembakaran lebih sempurna. Atas saran dari sana sini, dipilihlah tipe IU24., harganya 80rb kalo tidak salah. Pasang pasang, yaaa begitu-begitu saja rasanya. Sama saja kayak busi standar yang 10ribuan, hehe. Total total,,untuk dua part ini saja duit saya 230rb melayang nyaris sia sia.
Trus gimana dong mensiasatinya ?
Belajar dari tahapan proses modifikasi performa yang pernah saya lalui di FU saya sendiri, juga melihat testimoni dari banyak teman teman di komunitas FU, untuk kategori part plug n play (tanpa rubahan di dalam mesin) hanya ada 3 part yang bener TERASA efek perubahan tenaganya dibanding sebelum pasang part tersebut. Jadi, jika anda mencari peningkatan performa signifikan buat FU standar anda, jgn pusing pusing pilih part lain, FOKUSKAN incaran pada 3 part ini saja dulu. Yang lain lainnya belakangan aja. Kalo ada duit sisa jajan bangsa 50rb atau 100rb, daripada dipake beli part part kecil yg efeknya kurang berasa, mending tabungin aja dulu buat beli 3 pilar utama ini.

Part apa sajakah itu?
Inilah 3 pilar utama (plug n play) pendongkrak performa satria FU standar yang harus diutamakan.


1. KARBURATOR SKEP/KONVENSIONAL
Suatu ketika, seorang teman FUers menawarkan ke saya karburator Keihin PE28 thailand bekas pakai di motornya. Karena teman, dia mau saja ketika saya sodorkan uang 250rb rupiah untuk menebus karbu itu. Walau sempat takut boros, merusak mesin karena open filter dsb, saya paksakan juga pasang tuh karbu di FU standar saya. Ladalah, begitu terpasang, disetting, dan akhirnya saya coba bawa jalan, Drastis sekali perbedaannya. Seperti dijambak jambak setiap kali saya buka gas. “Waduh, tau begini dari dulu aja saya beli karbu PE ya” sesal saya saat itu.



Karbu vakum Fu memang cukup mumpuni dibanding karbu ‘bebek’ pada umumnya, namun rasanya masih kurang nampol mengeluarkan potensi mesin 150cc FU yang sesungguhnya. Lihat saja CBR150 lama, karbu standar nya sudah ukuran 28 walo sama sama vakum (klepnya jg lebih gede sih :) Jadi memang rasanya tak berlebihan kalo fu rider aplikasi karbu 28 di FU nya. Berasa banget bedanya.

Selain Keihin PE28 thai, saya juga pernah berkesempatan memasang jenis karbu lain di FU saya. Jenis karbu lain yang saya pasang masih ada hu7bungan sedarah 'alias' masih bersaudara dengan PE 28. Yaitu, PWK 28. Ternyata rasanya lebih muaknyuss lagi pemirsa lebih ngegigit atau ngejambak lagi dari karbu PE 28 "maklum harga karbunya lebih mahal dari PE 28 hehe. Pokoknya apapun jenisnya, semuanya tetap terasa peningkatannya kalo dibanding karbu standar deh. Gak nyesel deh ganti karbu skep (konvensional). Boros boros dikit mah wajar lahh.. kebayar kok sama performanya :D

2. CDI UNLIMITER
CDI unlimiter (resing) pertama yang saya beli adalah Cheetah Power Classic seharga 300rb. CDI nya masih ada sampai sekarang dipakai teman. Selain itu hanya sekedar mencoba motor teman atau pinjam CDI nya buat dipasang di FU saya, hehe. Beberapa cdi yg pernah coba dirasain misalnya BRT hyperband, Andrion XP, Lek, Rextor adjustable, dan Shindengen E7.

Pasti ada pertanyaan, cdi unlimiter apa sih yang paling muantap?
Nah, terus terang saya bukan tipe fanatik merk cdi. Buat saya semuanya enak enak saja. Jadi saran saya, untuk motor standar, anda gak perlu neko neko pilih CDI. Tinggal sesuaikan dengan budget anda saja. Gak usah terlalu pusing jg, bahkan CDI entry level seperti misalnya CDI varro pun sudah dapat memenuhi kebutuhan anda kok. Yang penting bisa melepaskan limiter CDI standar saja sudah cukup. Senang otak atik pengapian? silahkan pilih cdi adjustable, tuneable, atau programmable. Mau yang praktis praktis, pilih yang tinggal colok (fixed cdi) jg gak masalah.


3. KNALPOT FREEFLOW
Untuk knalpot FU memang harganya cukup menguras kantong bila kita bener bener pengen yang berkualitas, tidak hanya enak tarikannya, tp juga suaranya ngebass dan enak didengar. Makanya dulu pun saya memilih knalpot sebagai tahapan akhir setelah karbu dan cdi. Maklum harganya menguras dompet, hehe. Hampir 1 tahun saya cukup puas dengan paket PE + CDI + Knalpot standar pipa pitsbike, trus kemudian coba bobok silincer sambil menabung untuk membeli knalpot racing ‘beneran’. Beberapa knalpot yang pernah saya pakai di motor sendiri ahirnya adalah CMS, DBS, ELMER (pinjem punya temen, hehe), dan WRX. Semuanya masalah performanya memuaskan, tapi jika di dengar dari suara saya lebih memilih DBS, WRX dan ELMER.

Bagi anda yang benar benar mepet dana, jangan jg bekecil hati, knalpot ELMER juga sudah cukup menurut saya. selain performanya meningkat selain itu kualitas suara dari knalpot ini juga baik. Masih cukup banyak tersedia pilihan lain untuk knalpot FU. Selain knalpot merk lokal lain, anda juga bisa mempercayakan bengkel bengkel rumahan spesialis perancang knalpot (istilahnya knalpot bikinan/handmade), apalagi bengkel knalpot yang sudah biasa melayani pesanan knalpot untuk balapan liar, biasanya gak kalah garang lho performanya. Seorang teman sanggup menembus top speed 160kpj dengan FU standarnya yang hanya bermodal karbu PE+CDI Unlimiter+Knalpot handmade/bikinan. Mantep kan?

Nahh… itulah tadi 3 pilar utama pendongkrak performa satria FU yang menurut saya harus didahulukan FU standar jika memang benar benar ingin mendapatkan kenaikan power dan akselerasi yang signifikan. Anda bisa mencicil satu satu atau sekaligus tiga tiga nya sesuai dengan budget yg anda miliki. Sebelum 3 pilar ini komplit, percayakan saja part part lainnya pada bawaan standar FU. Nahhh setelah 3 pilar ini komplit, barulah kita bisa melirik doping doping lain sebagai penyempurna performa tunggangan kita.
Dari pengalaman saya pribadi, hanya dengan PE28+CDI unlimiter+knalpot standar bobokan saja saat itu, akhirnya fu saya sanggup juga melewati motor sport 225cc dan sport 150cc DOHC standar…. revans lunas dan plong rasanya..hehe:D

Salam FUers,
Suzuki Satria Fu Indonesia Club